terjoko.blogspot.com - Jika anda berkesempatan bepergian dari Pekanbaru menuju Bangkinang, Kabupaten Kampar, bersiap - siaplah menghadapi jalan lintas Sumatera yg panjang lurus dan berdebu. Pemandangan tanah kering sepanjang jalan seperti ini, mengingatkan kita pd lomba reli Paris-Dakkar.
Pekanbaru-Bangkinang berjarak kurang lebih 65 km, dan dlm kondisi normal, ditempuh dlm waktu 1,5 jam. Ketika meliput pertandingan PON di Bangkinang, saya menyusuri Jalan Rimbo Panjang dan Kualu Nenas. Di sepanjang jalan ini, kita disuguhi keberadaan pondok - pondok nanas di tepi jalan. Disini, nanas (di Kampar disebut nenas) merupakan buah yg sangat populer. Buah ni seperti tak mengenal musim.
Ya, di sepanjang jalan ini, nanas banyak dijumpai. Di Desa Kualu, Kampar, nanas dibudidayakan sebagai bagian dari mata pencaharian warga setempat. Tak heran jika kebun nanas menjadi ikon Desa Kualu. Mungkin karena dikenal sebagai pemasok nanas, jalan yg melewati Kualu disebut Jalan Kualu Nenas.
Penjualan nanas di sepanjang jalan di Kualu, menarik minat pembeli. Pasalnya, mereka menata nanas sedemikian rupa, sehingga membuat orang tertarik untk mampir. Dari kejauhan rentetan nanas dipajang dan tergantung di pondok - pondok pedagang. Pondok - pondok itu, biasanya milik pemilik kebun. Tetapi ada jg milik perantauan yg sengaja datang ke Kampar, untk berjualan nanas.
Pondok - pondok itu selalu ramai sejak pagi sampai sore. Biasanya para pembeli sengaja turun membeli, sebagai oleh - oleh / hidangan di perjalanan. Ukuran nanas Kualu memang relatif sedang - sedang saja. Tak terlalu besar maupun kecil, sehingga pas dibawa sebagai oleh - oleh.
"Keistimewaan nanas Kualu, buahnya tak begitu besar, dan dipanen dari tanah alami. Rasanya manis, seperti manis madu dan renyah jika dimakan, jg sedikit kandungan airnya. Setelah dipetik dan disimpan selama lima hari, nanas tetap tahan dan tak membusuk, asal tak terkena air," ujar Agus, yg berjualan nanas di wilayah itu.
Pemuda asal Aceh itu baru sekitar tiga bulan datang ke Kampar. Dia sengaja berjualan nanas, karena dianggap prospektif. Agus membeli nanas - nanasnya langsung dari Desa Kualu. Biasanya dgn menggunakan jasa mobil pikap yg disewa Rp 60 ribu sekali angkut, sejak pagi Agus sudah jualan nanas di pondoknya.
Menurut Agus, pd hari - hari biasa, dia bisa menjual 50 - 60 butir. Tapi dia mengaku, saat ada PON XVIII ini, penghasilannya naik, karena perharinya bisa menjual 100 sampai 120 butir / dua kali lipatnya. "Lumayanlah ada keuntungan. Untuk sementara saya hanya berdagang saja. Ada jg teman yg tak hanya menjual, tapi jg bikin keripik nanas," kata Agus.
Di Desa Kualu Nenas, buah nanas dijual dlm bentuk buah segar dan olahan. Produk olahan berupa keripik nenas, wajik, dodol, sirup dan minuman segar. Tetapi yg menjadi produk utama dan dijual terus adalah, keripik nenas. Sedangkan yg lainnya, berdasarkan permintaan. Buah segar biasanya dijual dgn gerobak, ke pasar / hotel - hotel di Pekanbaru. Sedangkan olahan biasanya disetor ke Megarasa, pusat kuliner di Pekanbaru.
Di desa ini, kini menjamur home industry yg memproduksi olahan nanas. Dari sebuah nanas, menuntut orang untk kreatif. Nanas telah menjadi bagian perekonomian bagi Kampar khususnya, dan kota Pekanbaru.
Pekanbaru-Bangkinang berjarak kurang lebih 65 km, dan dlm kondisi normal, ditempuh dlm waktu 1,5 jam. Ketika meliput pertandingan PON di Bangkinang, saya menyusuri Jalan Rimbo Panjang dan Kualu Nenas. Di sepanjang jalan ini, kita disuguhi keberadaan pondok - pondok nanas di tepi jalan. Disini, nanas (di Kampar disebut nenas) merupakan buah yg sangat populer. Buah ni seperti tak mengenal musim.
Ya, di sepanjang jalan ini, nanas banyak dijumpai. Di Desa Kualu, Kampar, nanas dibudidayakan sebagai bagian dari mata pencaharian warga setempat. Tak heran jika kebun nanas menjadi ikon Desa Kualu. Mungkin karena dikenal sebagai pemasok nanas, jalan yg melewati Kualu disebut Jalan Kualu Nenas.
Penjualan nanas di sepanjang jalan di Kualu, menarik minat pembeli. Pasalnya, mereka menata nanas sedemikian rupa, sehingga membuat orang tertarik untk mampir. Dari kejauhan rentetan nanas dipajang dan tergantung di pondok - pondok pedagang. Pondok - pondok itu, biasanya milik pemilik kebun. Tetapi ada jg milik perantauan yg sengaja datang ke Kampar, untk berjualan nanas.
Perkebunan nanas milik warga setempat |
"Keistimewaan nanas Kualu, buahnya tak begitu besar, dan dipanen dari tanah alami. Rasanya manis, seperti manis madu dan renyah jika dimakan, jg sedikit kandungan airnya. Setelah dipetik dan disimpan selama lima hari, nanas tetap tahan dan tak membusuk, asal tak terkena air," ujar Agus, yg berjualan nanas di wilayah itu.
Pemuda asal Aceh itu baru sekitar tiga bulan datang ke Kampar. Dia sengaja berjualan nanas, karena dianggap prospektif. Agus membeli nanas - nanasnya langsung dari Desa Kualu. Biasanya dgn menggunakan jasa mobil pikap yg disewa Rp 60 ribu sekali angkut, sejak pagi Agus sudah jualan nanas di pondoknya.
Menurut Agus, pd hari - hari biasa, dia bisa menjual 50 - 60 butir. Tapi dia mengaku, saat ada PON XVIII ini, penghasilannya naik, karena perharinya bisa menjual 100 sampai 120 butir / dua kali lipatnya. "Lumayanlah ada keuntungan. Untuk sementara saya hanya berdagang saja. Ada jg teman yg tak hanya menjual, tapi jg bikin keripik nanas," kata Agus.
Di Desa Kualu Nenas, buah nanas dijual dlm bentuk buah segar dan olahan. Produk olahan berupa keripik nenas, wajik, dodol, sirup dan minuman segar. Tetapi yg menjadi produk utama dan dijual terus adalah, keripik nenas. Sedangkan yg lainnya, berdasarkan permintaan. Buah segar biasanya dijual dgn gerobak, ke pasar / hotel - hotel di Pekanbaru. Sedangkan olahan biasanya disetor ke Megarasa, pusat kuliner di Pekanbaru.
Di desa ini, kini menjamur home industry yg memproduksi olahan nanas. Dari sebuah nanas, menuntut orang untk kreatif. Nanas telah menjadi bagian perekonomian bagi Kampar khususnya, dan kota Pekanbaru.
source : http://lintas.me, http://viva.co.id
Post A Comment:
0 comments: